Senin, 13 Februari 2012

Bak Awan, Bak Mandi

Hitam, putih, abu-abu... Aku melihat awan di bawah biru... Lunglai di terpa angin mendayu... Terus berombak menuju haru... Bak awan, bebas lepas... Bebas dengan perbuatan... Lepas akan hambatan... Ya, Bebas nan lepas... Bak awan, kian sulit di capai... Kian sulit dipegang... Tak akan terbelenggu... Tak akan pula diatur... Aku ingin bebas bak awan... Aku ingin lepas dari hambatan... Bukan terkurung bak mandi... Hanya air dan besi teramati... Aku ingin keluar dari bak mandi... Menuju tempat yang lebih luas... Bukan kolam, bukan kendi... Hanya lapang luas nan kosong... Nian asri aku nanti... Nian bebas aku tunggu... Biar penantian selalu ada... Biar aku selalu tunggu... Demi yang terkurung, kebebasan dan anganku. Penulis.

Rabu, 08 Februari 2012

Get Up!

Pernahkah anda membaca buku karya Ajahn Brahm ini? Ya, Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya. Sebuah buku yang mencangkup 108 cerpen yang menginspirasi, menyenangkan, dan membuat kita bisa menertawai kekeliruan yang selama ini ada dan  kadang kita rasakan.

Buku ini mungkin memiliki judul yang bisa dibilang, aneh, dan kalau kita hanya melihat dari cover depannya saja, kalian bisa tertipu dengan mengira ini adalah buku komik yang tebal atau suatu anekdot panjang. Namun yang sebenarnya ada di dalam buku ini lebih dari itu. Lebih lucu dari anekdot atau komik, lebih harum daripada kotoran, dan lebih bijak daripada seekor cacing pita.

Semua cerita-cerita pendek di dalam buku ini banyak membuatku terkesan dan menyadari akan kebenaran yang sedang dilihat sebelah mata oleh orang banyak. Nilai-nilai yang kadang dinomor-dukan oleh orang-orang lain, malahan menjadi nilai penting yang harus kita pertahankan dalam masa hidup kita ini, seperti selalu bertanya jika ragu, menghargai keharmonisan, cinta kasih, dan lain-lain.

Salah satu cerita yang membekaskan tinta warna-warninya kepadaku adalah cerita tentang "Ular Jahat dan Ular Suci". Itu adalah cerita dimana sang ular jahat yang ingin bertobat tidak bisa membedakan antara berkelahi dan mempertahankan diri. Nilai itu mungkin serupa tapi tak sama dan banyak orang yang memukul rata kedua hal itu menjadi satu kata umum, yaitu berkelahi. Mungkin agak salah, namun beginilah nilai yang sudah diterapkan kepada kita sejak dahulu. Kenapa? Mungkin karena jika kita mengetahui bahwa yang dilarang adalah berkelahi dan yang diperbolehkan adalah mempertahankan diri, maka orang akan memilih alasan itu untuk kabur dari masalah yang dia buat sendiri.

Lalu ada lagi cerita yang memiliki nilai dasar yang harus dimiliki oleh semua orang, yakni harga diri(Mungkin kata ini kurang pas, tapi aku tidak mendapatkan kata yang tepat untuk menggambarkan hal itu). Maksudnya, kita ini berharga dan memang bernilai, namun bukan berarti bernilai untuk dijual kepada orang lain, tapi bernilai dalam hal karya, kelebihan, dan diri kita sendiri. Mungkin kita hanya melihat kekurangan kita dan semakin lama kita melihat, maka semakin tidak sadarlah kita bahwa sebenarnya kita sudah berpusat pada kekurangan kita yang membuat diri kita ter demotivasi sehingga tidak percaya diri, depresi dan hal lainnya, padahal kita masih memiliki 50 kali lipat hal yang baik dari pada hal yang buruk itu. Mungkin itulah hal yang dapat kuterima saat membaca cerita "Dua Bata Jelek".

Masih banyak dan memang masih banyak cerita lucu, menarik, menggugah, dan menyentuh yang dapat kita baca di situ dan aku juga tidak dapat mengungkapkan itu semua di sini karena terbatas oleh waktuku untuk menulis dan hal-hal lainnya. Namun satu hal yang penting, bahwa buku ini dapat menyadarkan akan ketidaktahuan kita dan mulai membuka tirai kebenaran. Benar-benar setetes embun yang murni dalam hujan asam yang pekat dalam dunia ini.