Minggu, 12 Desember 2010

Jazz is...

Jazz, imperishable joyful night. A cool weather in outdoor bar. With a cocktail in front of us. With someone who can make the things from wrong to right. Sit there with he, eat cocktail, and jump into the colorful night at the bar. He must be our best friend, our teacher who gather us to the right and joyful path.

Jazz, the fast and slow of everyones tempo. It can be fast as a carefree and easygoing person, yet a cute girl who want to know the entire world. And it can be slow as a dreamy and lazy, but charming person who just lie in a yard, looking to the night and the moon.

Jazz, a person who just swing you and other who look at him to the land of dream. You can be thrown  into the darkness realm, but you still have a lamp and many friend. But you go to nowhere and you have to search into that realm. You can be thrown to the land, full of flower. You can look a girl sitting there, with a parasol and she look at you. And talk to you just to know what your name. Beautiful place and a lovely girl.

Jazz, when someone took your heart and you fall into a endless pit of love. Make your hand hit the keyboard with a lovely rhythm and your friend blow a sound from a saxophone. Another will hit a drum and make the song a little bit more live.

Jazz, when you are try to pass a trial and your heart is blazing from your feet to your head. You've been covered by a fire which come from your spirit. Nothing can stop you now and all you do is do it with your entire power.

Jazz, a tone of stillness. It just call you for something boring, but it just hold the first time you heard them. Next, it can turn into more boring than the last, or it can turn into a powerful yet effective tool to make your mind turn to positive and make the day happier than the last one.

Jazz, when someone run in a battlefield. A men who want to become a winner of that war and run with his smile in his face. He just run, jump, and put everyone jealous. He, the one who run just for his desire. He, a men who run just because of his naughty yet silly action.

Jazz, A face of people live. Happy, sad, love, plain, or anything. Jazz can do some for you. Maybe just for relaxing, or maybe for describing a heart's feeling about someone, or maybe just for a friend in your night trip to your destination, or something else. Jazz can do some. Yeah, it's jazz...

Kamis, 09 Desember 2010

Terulang Lagi...

Hari, masih pagi. Pikiran masih jenuh. Hari-hari masih panjang. Harus dilewati, harus dilalui. Berat harus dipikul, ringan sama-saja dipikul. Semua terasa pikulan satu bakul masalah di atas dengkul yang sudah tumpul karena tidak bisa memasukan pikiran dan ide ke dalamnya. Ini bukan bermaksud menunjukan bahwa otakku ada di dengkul, tapi aku merasa seperti otak dengkul atau biasa orang menyebutnya dengan hawan, udang.

Entah mengapa, aku merasa lebih antusias bermain sendiri dari pada belajar. Kalau bermain bersama-sama juga lebih baik, tapi di hari-hari ujian itu aku biasanya bermain hanya sendiri, dirumah. Hanya bermain, download file,  nonton, dan berbagai kepentingan tersier lainnya yang dinaikan prioritasnya menjadi tingkat satu. Yah, aku ini memang tipe yang mengutamakan kepentingan dirinya sendiri sebelum orang lain, biasanya. Namun untuk kali ini, aku akui sedikit bahwa aku memang egois dalam konteks belajar dan bermain.

Entah mengapa, semenjak kelas ini, aktifitasku menjadi semakin tidak berkualitas. Tidak naik ke tingkatan yang lebih elit, namun menjadi kembali ke kelas teri. Aku pun menjadi lebih mencandui komputer ini dan permainannya. Aku pun bingung bukan kepalang. Mamengnya aku kecanduan narkoba atau sejenisnya sampai aku bisa begini? Mungkin bukan narkoba, tapi "TOUHOU". Sebuah game bullet hell(permainan yang sepertinya kalian suka). Ini dia salah satu gameplaynya.




Ya, mungkin terasa pusing jika dihujani oleh rintik hujan tanpa basah sedikitpun. Namun tantangan itulah yang memusingkanku dan membuat aku selalu ingin memainkannya.Rasa penasaran itulah sebenarnya yang membuat aku ingin memainkannya. Namun jika jauh lebih dalam lagi, aku hanya ingin menghilangkan stres dan duka, serta melupakan amarah.

Semua ini hanya sebagai madia untuk menyalurkan semua uneg-uneg yang kadang (Oops, mungkin sering) aku terima dari orang tua dan lainnya. Bahkan dari diri aku sendiri, aku sering emndapat tekanan batin, namun itu tidak membuatku gila. Aku tetap waras, namun aku merasa hampa. Terasa sekarang kalau aku ini semakin lama semakin memudar. Semakin rata dan tidak terlihat lagi wajahnya. Dan maaf, jangan diartikan dalam arti harfiah, aku masih memiliki wajah dan tidak menguap.

Ahh. Sudah banyak hidup yang seharusnya aku jalani, dan sudah banyak kenangan yang seharusnya aku ingat dan lupakan. Namun aku merasa seperti kembali mengulang segala yang terjadi. Entah mengapa, kadang aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku. Bahkan saat ujian, aku tak tahu bahwa ada angka di tanganku. "25". Sampai malam itu pun angka itu masih terjiplak di tanganku, sementara coretan lainnya menghilang. Aku sudah banyak menemui hal-hal lazim yang unik. Namun untuk perasaanku yang satu ini, aku merasakan keunikan lainnya yang belum pernah aku rasakan. Semoga saja aku bisa korek semuanya dalam-dalam. Dan semoga aku bisa menjalani semua kehidupan ulangan ini...

Selasa, 07 Desember 2010

Mimpi Panjang, Malam...

"Aku tahu sekarang ini siang. Tapi atmosfir di sini menyambut malam kepadaku...
Tidakkah indah malam ini?"

Haah. Bermimpi memang sesaat. Berkhayal memang sekilas. Memejamkan mata pun hanya menjadi seperti pemanis. Apalagi suara hujan yang rintik-rintik itu. Sangat manis. Namun hanya ada satu yang paling
sering membuat semua itu berubah menjadi sebuah mimpi buruk yang sangat penjang. Diam serumah dengan dua orang yang sangat mengganggu hidup, baik di rumah, maupun di tempat lainnya, sangat mengganggu dan ingin sekali aku pergi!

Sudahlah! Aku sudah tidak bisa diam lagi di sini! Lebih baik aku tidur saja! Dan mimpi panjang! Sudah cukup aku diam di sini mendengarkan celotehan kosongnya yang bodoh itu! Namun itu hanyalah celotehanku yang mengikuti kebodohannya. Jadi aku pun ikut-ikutan bodoh? Ah, lupakan. Yang penting sekarang aku sudah bisa menulis semua ini. Bersyukurlah...

Hah. Semua ini memang terasa seperti mimpi. Mungkin bagiku atau dirinya, atau kalian, atau siapapun mereka. Semua itu benar-benar kebohongan visuual yang ditangkap oleh mataku. Diterka oleh indra perasaku. Namun tak sadar bahwa semua itu hanya mimpi di tengah malam. Ya, hanya perasaan tanpa isi.

Kalau aku telaah lebih dalam lagi, melihat ke kekelaman melam ini, aku melihat hitam. Hitam yang bernoda. Penuh dengan butir-butir kepedihan. Hiasi gelap dengan terang yang mencandukan. Hah... Aku mulai berpikir lagi. Kenapa aku memikirkan langit sementara diriku seperti malam ini? Mencari tempat candu untuk menutupi kepedihan. Aku merasa kesepian di tengah keramaian. Pedih di saat senang. Susah di saat yang lain merasa gembira. Dan aku mulai berpikir, Kapankah aku bisa tertawa lepas dengan isi hatiku?