I look outside...
All out of my mind...
All out of my feels...
All the stars above...
High, clear, and beautiful...
Big yet amazing...
I feel something different...
From the star above...
It's just me...
Me, who want to know...
About the stars that shine brightly...
All night long...
Just that stars and me...
Me, who just can look at the stars...
Trying to reach it...
But impossible in this reality...
Am I too obvious to talk about this?
Am I too weird to say that those star shine like morning star?
Am I too shy to say that you're like those stars?
Do I feel too many feeling about you?
It can be yes, or it might be not...
What can I do for now just look at the stars above...
Sit there and just dreaming...
Hoping for a better life...
Selasa, 23 November 2010
Rabu, 17 November 2010
Salam Kepada Yang Tertunda
Ya, kembali aku bermimpi. Kemarin malam. Tepat saat aku masih terlelap. Kali ini sudah sangat aneh. Mimpi ini sudah di luar kebiasaanku.Di luar batas kebebasan. Diluar batas peradaban. Brutal. Liar. Dan, kerataan wajah.
Malam yang dingin itu. Dengan selimut yang menutupi diriku, aku bermimpi...
Aku terbangun.Di atas kasurku. Lalu aku berjalan ke luar. Menuju ke depan pintu. Lalu aku langsung saja menembus pintu dan akhirnya aku ada di sebuah tempat yang asing. Tanpa aku sadari, aku sudah berpakaian sekolah. Baju seragam dan celana abu-abu tanpa rompi dan dasi. Sepertinya aku berada di sebuah sekolah. Tepat di depan pintu gerbangnya. Ya, hanya gerbang. Biru tua.
Aku melihat beberapa orang dengan seragam yang mirip denganku. Marah-marah. Melempari batu ke sekolah itu. Sepertinya aku mengenal semua orang itu. Ya, sepertinya mereka temanku, teman satu angkatan.Mereka...brutal. Yang aku lihat hanya yang lelaki saja. Mereka melempari batu ke dalam sekolah itu, mendobrak pintunya, mengacak-acak meja, dan beberapa tindakan yang diluar batas kesadaran. Mereka seperti kerasukan setan! Namun entah mengapa aku juga jadi ikut marah dan segera mengkat kursi di dekat pos satpam yang kosong dengan tali rafia yang ada di sebelahnya dan segera mengangkat kursi itu dengan tangku. Aku lari. Entah pergi ke mana.
Lalu aku berbelok dari arah penyerangan mereka. Aku berlari menuju sebuah tempat. Seperti kantin. Di situ aku mulai menukar kursi yang terikat di tanganku dengan yang ada di kantin. Setelah selesai, aku melihat ada dua orang... tidak, tiga. Satu orang itu... Dia? Teman lamaku, Eldi. Duduk santai di kejauhan. Lalu dua orang lagi seperti OB yang bekerja di sekolahku. Aku sempat mengobrol dengan salah satu dari mereka dan dengan Eldi. Mereka duduk di meja yang terpisah. Salah satu yang tidak aku ajak bicara sedang duduk rilex sambil meminum segelas kopi.
Setelah itu aku kembali berlari. Memecahkan beberapa kaca. Lalu datang lagi anak-anak dari sekolah lain dari gerbang depan, tempat kami semua masuk. Mereka sepertinya memiliki seragam yang mirip. Namun aku tidak tahu mereka dari mana. Yang penting mereka datang untuk membantu. Itulah yang mereka katakan padaku. Mereka ikut memecahkan kaca, mengobrak-abrik meja, dan menghancurkan sekolah itu.
Beberapa menit berselang, aku kecapaian dan sekolah sudah seperti reruntuhan gedung yang sudah terkena gempa. retakan di mana-mana, kaca pecah semua, dan semua meja sudah tidak teratur serta ada yang terbelah. Aku berterima kasih pada mereka dan mendatangi teman-temanku di ruangan seperti aula di dalam sekolah itu. Kami diam di dekat pojok pintu keluar aula. Mereka seperti sedang berbicara sesuatu. Dan sekarang sudah ada anak-anak wanitanya. Aku datang dan duduk di lantai sambil mendengarkan percakapan mereka. Namun aku sepertinya tidak mendengar apapun. Namun aku masih bisa melihat wajah mereka. Semuanya seperti meratakan wajahnya. Tidak ada ekspresi apapun. Bahkan teman yang biasanya ceria pun sekarang rata. Mulut yang berbentuk satu garis lurus.
Aku bingung, aku mencoba berdiri dan kami seperti ada di lantai dua dari aula itu. Berada di sebelah pintu keluar aula, lantai duanya. Aku melihat siswa yang membantu kami dalam penyerangan itu. Mereka berbaris dan ada setumpukan kertas kuning. Seperti karton, namun ada datu kata di atasnya.
Dia
Hah? Tulisan sambung "Dia"? Apa maksudnya? Aku bingung dan hanya melirik "dia". Rata. Sedang menoleh ke kiri, lalu ke kanan. Lalu kembali ke kiri, seiring dengan orang yang sedang berbicara.
Apa maksudnya semua ini? Aku tidak bisa bicara apapun! Mulutku sepertinya terkunci! Aku coba untuk berjalan keluar dari pintu itu. Saat aku berjalan, aku mendengar suara kecil, seperti orang banyak yang sedang sholat. Semakin mendekat, semakin keras dan saat aku melewati pintu yang silau dan terbuka itu.....
Aku sudah ada lagi di atas kasurku. Terbangun, hanya bisa melihat langit-langit rumah.
Apa maksud mimpiku kali ini?
Aku selalu bingung dengan semnua mimpi yang aneh...
Tolonglah, berikan aku jawaban...
Malam yang dingin itu. Dengan selimut yang menutupi diriku, aku bermimpi...
Aku terbangun.Di atas kasurku. Lalu aku berjalan ke luar. Menuju ke depan pintu. Lalu aku langsung saja menembus pintu dan akhirnya aku ada di sebuah tempat yang asing. Tanpa aku sadari, aku sudah berpakaian sekolah. Baju seragam dan celana abu-abu tanpa rompi dan dasi. Sepertinya aku berada di sebuah sekolah. Tepat di depan pintu gerbangnya. Ya, hanya gerbang. Biru tua.
Aku melihat beberapa orang dengan seragam yang mirip denganku. Marah-marah. Melempari batu ke sekolah itu. Sepertinya aku mengenal semua orang itu. Ya, sepertinya mereka temanku, teman satu angkatan.Mereka...brutal. Yang aku lihat hanya yang lelaki saja. Mereka melempari batu ke dalam sekolah itu, mendobrak pintunya, mengacak-acak meja, dan beberapa tindakan yang diluar batas kesadaran. Mereka seperti kerasukan setan! Namun entah mengapa aku juga jadi ikut marah dan segera mengkat kursi di dekat pos satpam yang kosong dengan tali rafia yang ada di sebelahnya dan segera mengangkat kursi itu dengan tangku. Aku lari. Entah pergi ke mana.
Lalu aku berbelok dari arah penyerangan mereka. Aku berlari menuju sebuah tempat. Seperti kantin. Di situ aku mulai menukar kursi yang terikat di tanganku dengan yang ada di kantin. Setelah selesai, aku melihat ada dua orang... tidak, tiga. Satu orang itu... Dia? Teman lamaku, Eldi. Duduk santai di kejauhan. Lalu dua orang lagi seperti OB yang bekerja di sekolahku. Aku sempat mengobrol dengan salah satu dari mereka dan dengan Eldi. Mereka duduk di meja yang terpisah. Salah satu yang tidak aku ajak bicara sedang duduk rilex sambil meminum segelas kopi.
Setelah itu aku kembali berlari. Memecahkan beberapa kaca. Lalu datang lagi anak-anak dari sekolah lain dari gerbang depan, tempat kami semua masuk. Mereka sepertinya memiliki seragam yang mirip. Namun aku tidak tahu mereka dari mana. Yang penting mereka datang untuk membantu. Itulah yang mereka katakan padaku. Mereka ikut memecahkan kaca, mengobrak-abrik meja, dan menghancurkan sekolah itu.
Beberapa menit berselang, aku kecapaian dan sekolah sudah seperti reruntuhan gedung yang sudah terkena gempa. retakan di mana-mana, kaca pecah semua, dan semua meja sudah tidak teratur serta ada yang terbelah. Aku berterima kasih pada mereka dan mendatangi teman-temanku di ruangan seperti aula di dalam sekolah itu. Kami diam di dekat pojok pintu keluar aula. Mereka seperti sedang berbicara sesuatu. Dan sekarang sudah ada anak-anak wanitanya. Aku datang dan duduk di lantai sambil mendengarkan percakapan mereka. Namun aku sepertinya tidak mendengar apapun. Namun aku masih bisa melihat wajah mereka. Semuanya seperti meratakan wajahnya. Tidak ada ekspresi apapun. Bahkan teman yang biasanya ceria pun sekarang rata. Mulut yang berbentuk satu garis lurus.
Aku bingung, aku mencoba berdiri dan kami seperti ada di lantai dua dari aula itu. Berada di sebelah pintu keluar aula, lantai duanya. Aku melihat siswa yang membantu kami dalam penyerangan itu. Mereka berbaris dan ada setumpukan kertas kuning. Seperti karton, namun ada datu kata di atasnya.
Dia
Hah? Tulisan sambung "Dia"? Apa maksudnya? Aku bingung dan hanya melirik "dia". Rata. Sedang menoleh ke kiri, lalu ke kanan. Lalu kembali ke kiri, seiring dengan orang yang sedang berbicara.
Apa maksudnya semua ini? Aku tidak bisa bicara apapun! Mulutku sepertinya terkunci! Aku coba untuk berjalan keluar dari pintu itu. Saat aku berjalan, aku mendengar suara kecil, seperti orang banyak yang sedang sholat. Semakin mendekat, semakin keras dan saat aku melewati pintu yang silau dan terbuka itu.....
Aku sudah ada lagi di atas kasurku. Terbangun, hanya bisa melihat langit-langit rumah.
Apa maksud mimpiku kali ini?
Aku selalu bingung dengan semnua mimpi yang aneh...
Tolonglah, berikan aku jawaban...
Jumat, 12 November 2010
False Reality
Just wandering...
Why does everyone have a shadow, even in their heart?
Why does God appear at he end of the world?
Why does everyone have fears?
Why do I want to create this?
I just wandering around...
I just look at this monitor...
Sat there and write this note...
About nothing...
Just wandering...
If people still can live in other place, even when they died...
Then we're all sleeping...
It's not a reality...
It's a false reality...
If that's true...
What is the meaning of what we do?
We love someone...
We care someone...
We hate someone...
We help someone...
And only the part of it can be transfered to the reality...
From this false reality...
And we just feel it in this false reality...
We just sleep there...
In the true reality...
And sleep in this false reality...
So what should we do?
Who should we trust?
For what we do this?
What I know is I want to know...
I want to know about this false reality...
About this false world...
And about this true feels...
Because I want to know...
And I want to feel...
The falsity of false world...
And the true thing about you...
Just that...
But still...
All that I do can result nothing...
Or bad result...
Or neutral result...
Or good result...
Even all possibility has been thought...
I just have one response...
I just have one word...
Thanks...
Why does everyone have a shadow, even in their heart?
Why does God appear at he end of the world?
Why does everyone have fears?
Why do I want to create this?
I just wandering around...
I just look at this monitor...
Sat there and write this note...
About nothing...
Just wandering...
If people still can live in other place, even when they died...
Then we're all sleeping...
It's not a reality...
It's a false reality...
If that's true...
What is the meaning of what we do?
We love someone...
We care someone...
We hate someone...
We help someone...
And only the part of it can be transfered to the reality...
From this false reality...
And we just feel it in this false reality...
We just sleep there...
In the true reality...
And sleep in this false reality...
So what should we do?
Who should we trust?
For what we do this?
What I know is I want to know...
I want to know about this false reality...
About this false world...
And about this true feels...
Because I want to know...
And I want to feel...
The falsity of false world...
And the true thing about you...
Just that...
But still...
All that I do can result nothing...
Or bad result...
Or neutral result...
Or good result...
Even all possibility has been thought...
I just have one response...
I just have one word...
Thanks...
Minggu, 07 November 2010
Blue and Red
Semua itu biru...
Membuatku merah...
Semua itu hitam...
Membuatku putih...
Semua itu buruk...
Yang mendatangkan kebaikan...
Semua itu beban...
Yang mendatangkan kemakmuran...
Semua itu ada...
Berasal dari tiada...
Semua itu ada...
Sebenarnya tiada...
Dulu sudah membiru...
Namun tetaplah diburu...
Sampai semua yang berbau haru...
Dapat ditemukan olehku...
Dulu memang biru...
Dulu memang hitam...
Dulu memang haru...
Dulu memang kelam...
Namun sekarang butuh merah...
Walau bukan berkorban darah...
Walau tidak selalu terarah...
Walau aku selalu memerah...
Biarlah api membiru...
Biarlah laut terbakar...
Biarkan hatiku menderu...
Supaya bibit itu mengakar...
Merah dan biru...
Hitam dan putih...
Pagi dan sore...
Siang dan malam...
Semua saling terkait, semua saling membantu...
Semua saling mengikat, semua saling menutupi...
Ingin aku ikat diriku, ingin aku teriakan dengan keras...
Semua yang terlupa, semua yang terhapus...
Biarpun semua terlewati, biarpun semua terbenam...
Aku akan terus teriak, aku akan terus berontak...
Tak ingin ku putar waktu, tak ingin kuhadapkan ke depan...
Ingin aku memutar kembali jarum Sang Khalik...
Ingin aku melihat arah dari jarum qalbu...
Ingin ku intip jendela hati...
Biar sedikit tapi berarti...
Namun itu hanya mimpi...
Namun itu hanya tulisan...
Namun itu hanya pikiran...
Nanti terlupa, tiada bersua...
Akankah?
Membuatku merah...
Semua itu hitam...
Membuatku putih...
Semua itu buruk...
Yang mendatangkan kebaikan...
Semua itu beban...
Yang mendatangkan kemakmuran...
Semua itu ada...
Berasal dari tiada...
Semua itu ada...
Sebenarnya tiada...
Dulu sudah membiru...
Namun tetaplah diburu...
Sampai semua yang berbau haru...
Dapat ditemukan olehku...
Dulu memang biru...
Dulu memang hitam...
Dulu memang haru...
Dulu memang kelam...
Namun sekarang butuh merah...
Walau bukan berkorban darah...
Walau tidak selalu terarah...
Walau aku selalu memerah...
Biarlah api membiru...
Biarlah laut terbakar...
Biarkan hatiku menderu...
Supaya bibit itu mengakar...
Merah dan biru...
Hitam dan putih...
Pagi dan sore...
Siang dan malam...
Semua saling terkait, semua saling membantu...
Semua saling mengikat, semua saling menutupi...
Ingin aku ikat diriku, ingin aku teriakan dengan keras...
Semua yang terlupa, semua yang terhapus...
Biarpun semua terlewati, biarpun semua terbenam...
Aku akan terus teriak, aku akan terus berontak...
Tak ingin ku putar waktu, tak ingin kuhadapkan ke depan...
Ingin aku memutar kembali jarum Sang Khalik...
Ingin aku melihat arah dari jarum qalbu...
Ingin ku intip jendela hati...
Biar sedikit tapi berarti...
Namun itu hanya mimpi...
Namun itu hanya tulisan...
Namun itu hanya pikiran...
Nanti terlupa, tiada bersua...
Akankah?
Rabu, 03 November 2010
Malang...
Tidak usah basa-basi...
Aku cuma mau bicara tiga kata...
Aku sudah pernah memiliki kemalangan...
Banyak...
Namun mungkin sekarang salahh satu yang terparah...
Komputer memang biasa...
Namun data-datanya yang berharga...
Harus ikut terhapus...
Meninggalkan mayanya dunia itu...
Walaupun aku tahu bahwa kenangan masih bisa diingat...
Namun memori tak akan bertahan lama...
Lambat laun aku pasti lupa...
Dan nanti aku akan tetap melupakannya...
Salahku menghapus kalian, kenanganku...
Aku yang arogan, yang tega menghapus kalian...
Aku yang egois, yang tidak bisa mempertahankan kalian...
Aku yang pesimis, yang hanya bisa diam melihat kalian terhapus...
Memoriku...
Haruskah aku ikut terhapus?
Haruskah aku terus menyesalinya?
Haruskah semua itu?
Namun bagaimanapun juga penyesalan itu...
Tetap saja layar itu gelap...
Tetap saja aku tidak bisa menghidupkannya...
Hanya sedikit dari kalian yang selamat...
Hanya sedikit dari kalian yang dapat teringat...
Hanya sedikit yang dapat di ambil...
Namun sebagian lagi...
Aku cuma mau bicara tiga kata...
betepa malangnya diriku
Aku sudah pernah memiliki kemalangan...
Banyak...
Namun mungkin sekarang salahh satu yang terparah...
Komputer memang biasa...
Namun data-datanya yang berharga...
Harus ikut terhapus...
Meninggalkan mayanya dunia itu...
Walaupun aku tahu bahwa kenangan masih bisa diingat...
Namun memori tak akan bertahan lama...
Lambat laun aku pasti lupa...
Dan nanti aku akan tetap melupakannya...
Salahku menghapus kalian, kenanganku...
Aku yang arogan, yang tega menghapus kalian...
Aku yang egois, yang tidak bisa mempertahankan kalian...
Aku yang pesimis, yang hanya bisa diam melihat kalian terhapus...
Memoriku...
Haruskah aku ikut terhapus?
Haruskah aku terus menyesalinya?
Haruskah semua itu?
Namun bagaimanapun juga penyesalan itu...
Tetap saja layar itu gelap...
Tetap saja aku tidak bisa menghidupkannya...
Hanya sedikit dari kalian yang selamat...
Hanya sedikit dari kalian yang dapat teringat...
Hanya sedikit yang dapat di ambil...
Namun sebagian lagi...
Jahatnya dunia maya...Hanya satu kalimat yang dapat terlihat...
Atau Aku yang jahat?
invalid partition table...
Langganan:
Komentar (Atom)