"Galak banget sih?"
"Suer, lu serem banget."
"Gila, tahan dia."
"Serius lu?"
Perasaan saja atau memang sudah tertutupkah? Sepertinya masker yang dipakai sudah melekat di permukaannya sehingga tak bisa terbedakan lagi mana luar dan mana dalam. Sepertinya juga aku sudah menutup rapat-rapat pengelihatan orang tentang diriku yang paling dalam. My-inner-self.
Hah. Seperti yang sudah diketahui, sepertinya mereka menyangka wajahku ini tampan. ya, tampan. TAMPak menakutkAN. Mungkin ya, tapi menurutku biasa saja. Dan ada juga yang menyebutkan tampangku ini biasa saja. Ya, dan maksud dari biasa adalah benar-benar biasa. Standar. Rata. Flat. Lurus. Tidak ada sedikitpun emosi. Biasa saja. Namun......
Wajahku yang ada di balik wajahku ini mungkin lebih rapuh daripada ini. Dari pada tampang besi di luar. Karena otot yang kencang diluar melindungi tulang yang rapuh di dalam. Mungkin itulah yang aku bisa lihat dari diriku yang biasa ini. Yang terbiasa meneteskan air mata hanya di mimpi saja.
Mereka bilang juga mataku menandakan keseriusan. Mungkin tida. Maksudnya tajam. Ya, entahlah, tapi kata mereka mataku yang bulat ini tajam. Entah mereka yang tidak tahu atau aku yang salah pengertian, tapi apakah bola tidak memiliki sudut? Ya, jadi mataku sebenarnya tidak tajam juga.
Masih banyak hal yang membuat matahatiku menangis, namun aku tidak akan membiarkan mataku menangis. Aku selalu menahan apa yang ingin keluar dari jiwaku, perasaanku. Lalu semua itu akan tersimpan di dalam lubuk hatiku sampai aku melakukan sesuatu dan aku akan menumpahkannya di situ, meski hal itu akan ditumpahkan di dalam, bukan luar.
Dari tadi mereka yang bilang. Lalu sekarang aku yang bilang. Aku bilang diriku berani. Mungkin. Ya. Mungkin sedikit percaya diri. Mungkin. Eeemm.....
Sebenarnya tidak terlalu juga. Aku adalah seorang yang pemalu. Aku tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara langsung. Aku hanya bisa melakukan hal itu dengan caraku sendiri. Melalui hal yang eksternal. Sesuatu yang tidak langsung. Dan aku pun mungkin terpaksa untuk memberanikan diri, bukan berani dari awal. Sebab aku juga manusia yang tidak sempurna.
Satu lagi. Aku memang tidak mau menulis hal ini, tapi tidak apalah berbagi sedikit di dalam pagar yang berduri itu.
Kadang aku memang memiliki hal, sesuatu yang hanya bisa dibayangkan. Lalu aku menuliskannya. Entah apa itu, tapi aku tetap menuliskannya. Itu aspirasiku, aku menuliskannya. Itu gambaranku, aku menggambarnya. Itu yang aku mau, aku akan mencoba mencapainya. Ya. Hanya mencoba. Mungkin. Ya. Aku ini orang yang biasa, Hanya ingin. Namun aku ini memang seseorang yang sangat tidka patut untuk ditiru. Terutama sifat jelekku ini. Aku ini menjadi seorang yang sangat tertutup yang bertopeng orang yang easy-going. Yang bertopeng orang yang biasa saja. Ya. Itulah aku. Aku tidak ingin topengku terbongkaar dan wajahku yang asli terlihat. Itu karena....
Ya....
Aku ini manusia.
Manusia yang biasa.
Manusia biasa yang bermuka dua.
Picik, mungkin.
Cerdik, mmungkin.
Malas, ya, bisa.
Kreatif, tergantung.
Tersembunyi, inginnya.
Tidak diketahui.....
Mungkin itulah kata yang tepat.
Me => Undefined
Jadi, inilah diriku. Kedalaman dari diriku yang tidak ingin dibuka sehingga berduplikat menjadi sesuatu yang lain daripada kedalamannya. Membuat suatu topeng yang menutupi topeng lagi yang menutupi muka. Tampak asli.
Masih banyak hal yang membuat matahatiku menangis, namun aku tidak akan membiarkan mataku menangis. Aku selalu menahan apa yang ingin keluar dari jiwaku, perasaanku. Lalu semua itu akan tersimpan di dalam lubuk hatiku sampai aku melakukan sesuatu dan aku akan menumpahkannya di situ, meski hal itu akan ditumpahkan di dalam, bukan luar.
Dari tadi mereka yang bilang. Lalu sekarang aku yang bilang. Aku bilang diriku berani. Mungkin. Ya. Mungkin sedikit percaya diri. Mungkin. Eeemm.....
Sebenarnya tidak terlalu juga. Aku adalah seorang yang pemalu. Aku tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara langsung. Aku hanya bisa melakukan hal itu dengan caraku sendiri. Melalui hal yang eksternal. Sesuatu yang tidak langsung. Dan aku pun mungkin terpaksa untuk memberanikan diri, bukan berani dari awal. Sebab aku juga manusia yang tidak sempurna.
Satu lagi. Aku memang tidak mau menulis hal ini, tapi tidak apalah berbagi sedikit di dalam pagar yang berduri itu.
Kadang aku memang memiliki hal, sesuatu yang hanya bisa dibayangkan. Lalu aku menuliskannya. Entah apa itu, tapi aku tetap menuliskannya. Itu aspirasiku, aku menuliskannya. Itu gambaranku, aku menggambarnya. Itu yang aku mau, aku akan mencoba mencapainya. Ya. Hanya mencoba. Mungkin. Ya. Aku ini orang yang biasa, Hanya ingin. Namun aku ini memang seseorang yang sangat tidka patut untuk ditiru. Terutama sifat jelekku ini. Aku ini menjadi seorang yang sangat tertutup yang bertopeng orang yang easy-going. Yang bertopeng orang yang biasa saja. Ya. Itulah aku. Aku tidak ingin topengku terbongkaar dan wajahku yang asli terlihat. Itu karena....
Ya....
Aku ini manusia.
Manusia yang biasa.
Manusia biasa yang bermuka dua.
Picik, mungkin.
Cerdik, mmungkin.
Malas, ya, bisa.
Kreatif, tergantung.
Tersembunyi, inginnya.
Tidak diketahui.....
Mungkin itulah kata yang tepat.
Me => Undefined
Jadi, inilah diriku. Kedalaman dari diriku yang tidak ingin dibuka sehingga berduplikat menjadi sesuatu yang lain daripada kedalamannya. Membuat suatu topeng yang menutupi topeng lagi yang menutupi muka. Tampak asli.