Selasa, 20 Desember 2011

I, Myself, and My-inner-self

"Iiih, serem deh!"
"Galak banget sih?"
"Suer, lu serem banget."
"Gila, tahan dia."
"Serius lu?"

Perasaan saja atau memang sudah tertutupkah? Sepertinya masker yang dipakai sudah melekat di permukaannya sehingga tak bisa terbedakan lagi mana luar dan mana dalam. Sepertinya juga aku sudah menutup rapat-rapat pengelihatan orang tentang diriku yang paling dalam. My-inner-self.

Hah. Seperti yang sudah diketahui, sepertinya mereka menyangka wajahku ini tampan. ya, tampan. TAMPak menakutkAN. Mungkin ya, tapi menurutku biasa saja. Dan ada juga yang menyebutkan tampangku ini biasa saja. Ya, dan maksud dari biasa adalah benar-benar biasa. Standar. Rata. Flat. Lurus. Tidak ada sedikitpun emosi. Biasa saja. Namun......
Wajahku yang ada di balik wajahku ini mungkin lebih rapuh daripada ini. Dari pada tampang besi di luar. Karena otot yang kencang diluar melindungi tulang yang rapuh di dalam. Mungkin itulah yang aku bisa lihat dari diriku yang biasa ini. Yang terbiasa meneteskan air mata hanya di mimpi saja.

Mereka bilang juga mataku menandakan keseriusan. Mungkin tida. Maksudnya tajam. Ya, entahlah, tapi kata mereka mataku yang bulat ini tajam. Entah mereka yang tidak tahu atau aku yang salah pengertian, tapi apakah bola tidak memiliki sudut? Ya, jadi mataku sebenarnya tidak tajam juga.
Masih banyak hal yang membuat matahatiku menangis, namun aku tidak akan membiarkan mataku menangis. Aku selalu menahan apa yang ingin keluar dari jiwaku, perasaanku. Lalu semua itu akan tersimpan di dalam lubuk hatiku sampai aku melakukan sesuatu dan aku akan menumpahkannya di situ, meski hal itu akan ditumpahkan di dalam, bukan luar.


Dari tadi mereka yang bilang. Lalu sekarang aku yang bilang. Aku bilang diriku berani. Mungkin. Ya. Mungkin sedikit percaya diri. Mungkin. Eeemm.....
Sebenarnya tidak terlalu juga. Aku adalah seorang yang pemalu. Aku tidak mampu mengungkapkan sesuatu secara langsung. Aku hanya bisa melakukan hal itu dengan caraku sendiri. Melalui hal yang eksternal. Sesuatu yang tidak langsung. Dan aku pun mungkin terpaksa untuk memberanikan diri, bukan berani dari awal. Sebab aku juga manusia yang tidak sempurna.


Satu lagi. Aku memang tidak mau menulis hal ini, tapi tidak apalah berbagi sedikit di dalam pagar yang berduri itu.


Kadang aku memang memiliki hal, sesuatu yang hanya bisa dibayangkan. Lalu aku menuliskannya. Entah apa itu, tapi aku tetap menuliskannya. Itu aspirasiku, aku menuliskannya. Itu gambaranku, aku menggambarnya. Itu yang aku mau, aku akan mencoba mencapainya. Ya. Hanya mencoba. Mungkin. Ya. Aku ini orang yang biasa, Hanya ingin. Namun aku ini memang seseorang yang sangat tidka patut untuk ditiru. Terutama sifat jelekku ini. Aku ini menjadi seorang yang sangat tertutup yang bertopeng orang yang easy-going. Yang bertopeng orang yang biasa saja. Ya. Itulah aku. Aku tidak ingin topengku terbongkaar dan wajahku yang asli terlihat. Itu karena....


Ya....


Aku ini manusia.
Manusia yang biasa.
Manusia biasa yang bermuka dua.
Picik, mungkin.
Cerdik, mmungkin.
Malas, ya, bisa.
Kreatif, tergantung.
Tersembunyi, inginnya.
Tidak diketahui.....
Mungkin itulah kata yang tepat.


Me => Undefined


Jadi, inilah diriku. Kedalaman dari diriku yang tidak ingin dibuka sehingga berduplikat menjadi sesuatu yang lain daripada kedalamannya. Membuat suatu topeng yang menutupi topeng lagi yang menutupi muka. Tampak asli.

Jumat, 09 Desember 2011

Mata

Aku kembali lagi ke pinggiran kota ini. Ya. Kota yang indah, masyarakatnya ramah, dan aku senang dengan semua itu. Semua terlihat asri dan sangat membuat moodku kembali rileks.

Suatu hari, seorang teman menyuruhku untuk berlibur ke pusat dari kota itu. Ya, meskipun aku lebih senang di pinggirannya yang masih belum terglobalisasi, jujur aku belum pernah ke pusat kota ini. Jadi ajakan temanku ini aku indahkan dan besoknya ku berkemas untuk perjalanan pulang hari berkeliling tengah kota.

Ya. Memang. Pusat kota ini terbilang hangat jika dibandingkan dengan panasnya Jakarta. Namun suasana di sini juga masih terlihat agak familiar. Mungkin karena pinggiran kota yang penuh dengan orang yang hangat, orang di pusatnya juga hangat. Itu menurutku. Dan, memang. Agak hangat. Saat aku membeli pisang di pasar di kota itu, orang-orangnya ramah-ramah. Dengan bahasa sunda mereka yang masih kental dengan "teh"nya, mereka bercanda dengan temannya yang berjualan buah di sebelahnya. Mereka seperti keluarga. Ya. Saling membantu, saling memperhatikan. Dan mulai saat itu, aku mau mencoba menetap beberapa hari di kota ini. Pusat kota ini.

Beberapa hari sejak aku menetap, semua terlihat asri dan biasa saja bagiku. Namun, pada suatu hari, seorang anak membuatku tertarik.

Saat aku berjalan-jalan untuk menghabiskan waktu, aku berjalan tepat di belakang seorang anak yang tingginya mungkin sepantaran denganku. Ya, mungkin bisa dikatakan remaja. Dia berjalan dengan cepat, walau sebenarnya itu hanya langkahnya yang besar-besar. Dia seperti memakai baju serangam sekolah putih dan bercelana panjang abu-abu. Lalu aku pun berjalan saja mengikuti naluriku. Tak ku sadari, aku mengikuti remaja itu sampai masuk ke dalam gang. Sepi? Mungkin tidak. Ada beberapa orang di situ. Diam. Ya, tidak juga. Ada yang sedang membeli baso, ada yang sedang berjalan dengan temannya dan lain-lain.

Namun, sesuatu yang menarik perhatianku muncul. Saat remaja itu melintasi tikungan di gang itu, aku melihat seorang anak kecil yang sedang bermain dengan riang dan asyiknya itu melihat dengan pandangan yang agak kosong dan menghentikan permainannya sebentar. Lalu anak itu pun berlari masuk ke dalam rumah. Tidak puas dengan kejadian itu, aku pun terus mengikuti remaja itu.

Kejadian kedua yang membuatku makin penasaran juga terjadi setelah aku melihat remaja itu di tikungan berikutnya. Seekor kucing berwarna cokelat belang-belang yang memandang remaja itu. Aku pun melihat remaja itu sepertinya melihat kucing itu. Belum sampai dekat si remaja dengan si kucing, kucing itu memalingkan diri dan lari ke arah yang berlawanan. Sebelum kucing itu lari, aku sempat melihat suatu cahaya pantulan dari kucing itu. Ya, mungkin sangat kecil, namun itu terlihat bersinar, sekali, lalu kucing itu pergi. Mungkin remaja itu mengenakan kacamata.

Aku pun terus mengikuti dia. Dia pun sepertinya tidak mengetahui keberadaanku dibelakangnya, dan terus saja memandang lurus kedepan tanpa memperhatikan hal yang lain. Walaupun orang lain kadang melihat dirinya, dia masih saja pergi dengan dingin sampai keluar gang.

Aku cepat-cepat menyusul sampai di belakang remaja itu. Namun kali ini berbeda. Dia sepertinya tidak nyaman dengan sesuatu. Dia menengok ke kanan dan ke kiri. Dan sekarang aku bisa melihat sedikit dari matanya yang agak bingung. Bingung? Hal yang sangat berbeda dari persepsiku. Aku yang mengira bahwa dia memiliki mata yang berbeda ternyata salah. Namun sesuatu yang janggal ini membuatku ingin melihatnya lebih dekat.

Dia menyebrang jalan dan aku ikuti. Sekarang kami berada di satu trotoar. Udaranya hangat, dan agak panas. Namun aku merasakan sesuatu yang dingin. Sesuatu mengatakan padaku untuk berhenti dan menyudahi ini, namun aku tak mendengarnya. Dan setelah aku berada di belakangnya lagi, terasa suatu rasa yang dingin. Aku dekati. Dekati. Dan tiba-tiba dia menoleh ke belakang. Aku pun melihat langsung matanya di balik kacamatanya. Tiba-tiba aku terdiam. Dia pun kembali berjalan setelah menengok ke belakang sebentar.

Aku....diam. Bulu kudukku tiba-tiba berdiri. Aku merasa seperti diancam dengan sebilah pisau yang memintaku untuk menjauh darinya. Suatu mata yang menusuk, jauh sampai ke dalam. Sebuah perasaan dingin yang belum pernah aku rasakan. Tajamnya.... Dia hanya melihat dengan pikiran yang sepertinya penuh dengan es. Penuh dengan.... kedinginan...

Terdiam.... Membeku.... Aku di sana... Beberapa detik kemudian, aku kembali ke alam sadarku dan remaja itu sudah menghilang. Aku hanya terdiam di tengah-tengah riuhnya orang-orang yang berlalu-lalang di atas trotoar itu. Dia... Diangin. Sebuah perasaan yang tersembunyi, jauh dari dalamnya. Mungkin itu yang bisa aku nilai.

Esoknya, aku berencana untuk melihat-lihat kota ini lagi. Namun, aku kembali teringat dengan pengalaman yang kemarin. Apakah yang sebenarnya terjadi? Mengapa ada saja orang yang bermata seperti itu? Tajam namun tudak tahu diarahkan paa siapa? Apakah ada yang dipermasalahkan olehnya? Yang soal-soal yang tak terjawab yang berputar di pikiranku. Semoga aku bisa mengetahuinya.... Nanti.....

Senin, 05 Desember 2011

FL Creation (On Going)

Aah...
Just want to show my ability post a randomness FL Studio creation. From... Umm.... Yeah...
The worst disasterpiece one to the masterpiece better one. Hope you like it.

Project have finished :

Leaves and Wind (From Shoot The Bullet, Area 1 Theme)


Heavenly Miko (From Reimu's theme song)


Reactor Beat (From Okuu's boss song)


U.N. Owen is Go to School by Bus (Flan cha~n song)


Error 909 (⑨'s theme song)


Fate of Misfortune God (Hina's theme and boss song)


69 (⑨⑥, yeah, you know...)


9 School (⑨'s theme song)


Relax Medicine (Erin theme song, piano only)


Medley (Umm, I forget, but it contain Udonge, Youmu, Sakuya, Nitori, Marisa, etc.)


Umm, the worst maybe? (The first song I made with FL....badly... "OTL and this is from Marisa's theme song)


Yeah, maybe some time later.... I'll make some music again... I mean arrangement... Or songs... Or whatever...

Update : Oh, And if you want me to make some arrangement of Touhou, just tell me, comment on this post, or something else.
I'll make it... hopefully I can make it...
And if you want to download it, feel free to download it from here...

Download.

Oh, and if you would like to know my soundcloud ID, this is the link...
Deflan

Jumat, 02 Desember 2011

Yes Pain, What Gain?

There's some quote that explain that "We must get some pain to have some gain" or something like that. Maybe we have to be a masochist like this one?

Probably, not...

And I too will probably not go to do this. But, this is the real life. This is the life. The life we walked on. The life we keep on hold until now. The life.... that make us feel the pain. But that's not the problem because if nopain, no gain. But the problem is this quote have changed into this :

YOU I PAIN, YOU I GAIN
Is that clear? Many people used other people for their selfish desires. And I can't stand that...

What if you've been used by someone?
What's your reaction?

If that guy is me, I've been already upset. Reaaaaaally upset.

I have some memory of being used, maybe. But I don't know, weather I'm being used or only me who think that I'm being used? It's all come back too you. With what glass you look? If it's with your selfishness, then, it can be wrong. Oh, and maybe this will help you :
THOU CANNOT JUDGE THOU-SELF!
Umm. Maybe like that. You can't judge yourself with your eye and head, but with people eyes. other people will judge you, weather you are good....or bad. Weather you're being used... or using somebody.

This can be changed into some-indescribably-condition if your best friend used you for his or her desires. Or worse, his or her evil desires and you'll get nothing but the bad scene.

Now. I just want to share my memory to you all. Maybe a little. How if you have made a task, a long and it must be done in a few days, and it's canceled in the last day? (Which mean is you have done that hard work)

Don't answer it. Just think it. And maybe I feel like that. And I can't take it anymore...

More question.
How's your feeling when your effort to do something better for someone or some organization with all your heart and your team is end with a word "sorry but it cannot be done because of...bla bla bla....."?

Another question.
When you ask someone who got a high authority in an organization to make a good deed to that organization and want to make an effort as soon as possible, the agreement to do that effort is approved 3 month later with time a month to a deadline and that time you're get too many task. What will you do? Get the agreement or abandon it?

Many.....many...many question....
So many which I want to share...
But I can't talk too much...

And I write English with a poor grammar...
I just hope that I can get my score as high as possible as the One allow me.