Jumat, 30 April 2010

Tidakkah Kau Sadari?

Malam. Bayangkanlah. Terlintaslah rasa takut, gelap, dan beberapa pandangan negatif akan terlintas dalam benak. Namun, tidakkah kau sadari? Malam tidak selalu berhubungan dengan kekerasan, kegelapan, dan segala pikiran negatif lainnya. Malam bisa saja menjadi saat-saat dimana kejadian yang tak terlupakan terjadi. Kapankah biasanya kalian bisa berkirim pesan dan saling bicara secara tidak langsung melalui telepon genggam jika dari pagi sampai sore kau tidak dapat menyentuh telepon genggammu itu? Tak ada pilihan lain, malamlah waktu yang tepat. Waktu malampun sering dipakai sebagai waktu yang tepat untuk curhat, entah pada seseorang yang spesial ataupun seseorang yang biasa di mata kalian.


Tiga belas. Angka. Selalu dihubung-hubungkan dengan kesialan, kematian, dan merupakan suatu angka yang keramat. Namun, tidakkah kau sadari? Itu hanya angka. Apakah angka akan mempengaruhi seluruh hidupmu? Jujur, aku menganggap tiga belas adalah angka yang bagus, unik, dan tidak mendatangkan kesialan. Angka itu pun membuat diriku berubah. Ya, untuk detilnya, itu adalah privasi sendiri :P. Ya, sebenarnya kepercayaan kita atas angka, bisa sedikit merubah diri kita, namun sebenarnya, hidup kita di atur oleh keinginan kita sendiri. Lihatlah kepada keinginanmu dalam hatimu. Mintalah, bersyukurlah, dan engkau akan menerimanya. Mengkin kalian membutuhkan keinginan yang mendalam untuk membuat itu semua nyata dan mungkin juga kalian membutuhkan beberapa usaha untuk mendapatkannya.


Tidakkah kalian sadari? Segalanya akan kembali kepada kalian. Namun kalian terus memikirkan apa yang kalian tidak inginkan. Itulah penyebab beberapa orang miskin bertambah miskin dan orang kaya bertambah kaya. Segalanya tergantung pada diri kita. Sadarilah itu, wahai orang yang empunya hatiku dan semua orang yang melihat teks ini.

Selasa, 27 April 2010

Saat Semua Terlintas Kembali...

Siang itu, hari terasa gersang. Namun seberkas cahaya melintasi mataku. Namun, dibalik cahaya pasti ada kegelapan... 
Hari itu semua tertampak biasa saja. Tak ada sesuatu halpun yang besar dan cukup mengesankan untuk diukir dalam buku sejarahku.  Semua bagai api yang dibakar, air yang mengalir, hidup yang datar. Semua berlangsung seperti apa adanya. Tanpa ku sadari, diriku ini sedang menggumam dalam benak yang sudah terlampau kosong karena suatu hal yang tak pasti.

Sekolah pun yang biasanya merupakan tempat kenangan-kenangan gila itu muncul belum menempelkan kenangan itu dalam diriku.Ya, semua sesuai dengan jalan tol. Lurus, kosong, dan hanya bisa terlihat aspal di jalannya. Namun, pikiranku yang semula kosong langsung terarah kepada seberkas cahaya terik yang ada di depan mataku.

Adalah seorang bocah dengan wajah kusam yang mengenakan kaus bola berwarna biru. Dia melintas, tepat di sampingku. Diriku merasa seakan ada yang aneh pada bocah itu. Seakan terlintas sesuatu dalam benak. Sesuatu...

Ya, itu hanya siang hari yang terik dan gersang. Mungkin pikiranku sedang kacau sampai-sampai semua ini terasa aneh bagiku. Namun, yang satu ini bisa di bilang kebetulan. Peristiwa ini bermula beberapa hari setelah diriku melintasi bocah itu.

Suatu lagu yang mengubah cara berpikirku. Benarkah? Mungkin tidak semuanya, tapi cukup berarti. Sebuah lagu. Mungkin itu hanya rangkaian kata-kata yang dirangkum menjadi satu, namun bagiku semua itu bermakna. Makna yang sedikit menyinggung hati. Diriku adalah orang yang penakut. Orang yang hanya bisa di belakang layar atau orang yang berperan sebagai orang lain. Supporter dalam doa. Hanya topeng dan tidak menunjukan wajah asli. Dan lagu itu membuatku seakan dijatuhkan.

Memang aku belum pernah mengutarakan kebenaran karena itu adalah hal yang terlihat mudah namun sulit bagiku. Walaupun pikiranku selalu menyuruhku untuk semangat karena hanya bicara saja, tapi raga enggan melakukannya. Hanya bisa diam tanpa gerak sedikitpun. Hanya bisa bermain rubik dalam kolong meja untuk mengalihkan pikiranku.

Memang dibalik terang pasti ada gelap. Namun diriku seakan terkurung dalam kelabunya kegelapan hidup. Hanya bisa bermimpi, hanya bisa berharap. Dapatkah berubah?

Kamis, 22 April 2010

Ya...

Biarkanlah diriku...
Terus menatap sang rembulan...
Tatkala sang fajar punahkan harapan...
Biarlah semua berangsur-angsur berlalu...

Biarkanlah diriku...
Terus berjalan...
Dikala semua mengikuti alur...
Yang sudah dijulur...
Menuju tujuan yang luhur...

Aku...
Seonggok abu jalanan...
Tergeletak, terinjak, dan di acuhkan...

Mungkin lebih tinggi sedikit dari itu semua...
Namun...
Tak terkira semua akan menjadi demikian...
Tak terkira semua akan menuju padanya...
Tak terkira kiranya semua ini bisa terjadi...

Diam, sunyi, sepi...
Hanya itu yang ada di hati...
Menahan pilu dalam hati...
Menunggu fajar di sore hari...
Tak terkira...
Ku tunggu semua ini...

Ya...
Bagai bara dalam sekam...
Bagai jarum dalam jerami...
Bagai udang di balik batu...

Namun...
Semua akan terungkap...
Seiring waktu akan berlalu...

Jumat, 16 April 2010

Belum Ada Judul...

Hei, kawan...
Pandanglah langit biru itu...
Birunya gambarkan indahnya hari ini...
Biarpun gerimis menghantam tanah...
Air hujannya merdu walau ricuh...

Ahh...
Biarlah semua penat menghantam dunia bersama derasnya air hujan...
Lupakanlah sesaat dan lihatlah awan kelabu yang sudah menyingkir...
Dan membuat langit kembali biru...

Hei, teman...
Bukankah indah bersenandung dalam mimpi ?
Ditemani semua teman...
Yang kian menghangatkan suasana...
Yang ikut bersenandung tanpa menghiraukan perasaan duka...

Dibawah rindangnya alam bawah sadar...
Aku tenggelam...
Melintasi berbagai penat di dada...
Dan pikiranku terus melayang melewati langit biru itu...
Yang sulit aku gapai dalam dunia nyata ini...
Yang sulit aku capai karena kekuranganku ini...

Hei, sahabat...
Betapa indahnya hari ini...
Biarpun mega-mega gambarkan kelabu...
Cerianya kobarkan semangatku dalam hati...
Biarpun hujan mengnusuk kepalaku...
Bayangannya sering menguatkanku...

Ya...
Kala indahnya hari ini...
Yang sudah dirundung gelapnya sang malam...
Dan di gantikan oleh sinar rembulan...
Tak dapat tertuliskan semua...
Hanya sepatah kata dalam suatu kalimat...
Hanya sebuah titik dalam suatu cerita...
Karena ceritaku akan terus berlanjut...
Sampai akhir dunia menangkap diriku...
Dan sampai tujuanku...
Dapat tersampaikan...
Meski itu membuang banyak waktuku...

Rabu, 07 April 2010

UKIRID...

Terasa sepi di hati...
Terasa pilu di dada...
Terasa pening di Kepala...
Minum Oskadon obatnya...

Walau diriku mencoba tertawa...
Namun di hati pilu terasa...
Walau terkadang hati tersiksa...
Oleh rasa yang dikurung masa...
Diriku tetap diam tak bergeming...

Adakah yang mengerti akan kasih di dunia ini...
Akan segala impian yang selalu dipendam...
Dan akan waktu yang mengurungkan niatku...

Akankah tersampaikan...
Sebuah surat dalam Peti Mayat...
Sebuah titik dan tanda petik...
Yang ada dalam detik-detik lirik yang dipetik...
Dari senar-senar gitar...

Namun...
Impian akan menjadi impian...
Sulit menjadi kenyataan...
Tanpa usaha yang dilakukan...

Namun...
Apa daya jika hati melarang...
Apa daya jika jiwa membantah...
Apa daya jika MAYAT SUDAH MENJADI ABU...

Semua sudah berlalu...
Tapi...
Dapatkah semua ini aku lalui...

Semua ini...
Hanya dirikulah kuncinya...