Terlewat lagi. Kali ini terlewat beberapa hari. Satu hari yang di ingat, satu lagi tidak. Impas sudah. Walau semua hari terasa cepat, ingatan masih bisa mengenangnya. Di mulai dari hari yang tidak terlalu ingat. Sabtu.
Sabtu... Apa yang terjadi? Hmm... Aku merasa... Sabtu... Aku... Bingung.
Lupa. A... Ya! Aku ingat! Ini terjadi pada hari sabtu. Kunjungan pertamaku! Ya, aku baru ingat sekarang. Hari itu. Tidak seperti biasanya. aku bangun dari kasurku dan segerombolan kata-kata menusuk datang menerjangku. Siapa lagi kalau bukan ayahku. Aku bangun sekitar pukul sembilan pagi. Pagi? mungkin dalam jam ayahku, itu sudah siang. Teramat siang. Aku pun hanya bisa diam, mangambil handuk dan mandi. Menjemput adik, lalu kembali pergi. Menuju rumah salah satu guruku. Guru olah raga tepatnya. Pak Gilang.
Sekitar pukul sebelas lebih empat puluh menit, aku pergi ke Bunut, sebuah rumah sakit dekat sekolahku, untuk bertemu dengan guruku. dia meminta bantuanku untuk mengutak-atik laptopnya sampai terlihat baik. Tapi, mengapa harus aku? Sebenarnya itu karena temanku, entah Karina atau siapa itu, yang berkata bahwa aku yang bisa dan ahli (?) dalam mengutak-atik komputer. Kalau masalah mengutak-atik memang aku jagonya. Membuat komputer terlihat aneh dan tidak bisa di kembalikan lagi. Namun untuk urusan tertentu, aku bisa mengubahnya supaya lebih indah. Ya, terima kasih atas "gelar" itu, aku bisa mengetahui satu lagi rumah guru dari SMAK.
Ya, guru "gokil" ini memang gokil di bidangnya, namun untuk computing, aku bisa melebihi levelnya. Di rumahnya... Mungkin aku tidak patut mengatakan hal ini sebab dia guruku dan aku tidak mau menurunkan pamornya. Jadi lebih baik kita lompat dahulu teras rumahnya, dan menuju lantai kedua. Di situ terbentang karpet yang aku kenal. Ya, persis seperti yang di jual di tokoku! Ingin aku menanyakan dari mana asal karpet itu, namun sayang, otakku selalu lupa kala di harapkan mengingat. singkat cerita, aku pulang telat, aku dimarahi, dan semua berlangsung biasa saja sampai sore, aku makan di cianjur, bercengkrama dengan Hypermart, dan kembali ke rumah sambil terkantuk-kantuk menunggu kembalinya pesanku ini.
Cukup untuk sabtu, hari minggu aku masih mempunyai hal yang lebih penting untuk di bagikan karena sulit untuk dilupakan. Guru Bahasa Indonesia yang sudah di nanti-nantikan untuk mengajar, namun malah pergi. Guruku sayang, guruku malang. Dia pergi meninggalkan muridnya menuju Jakarta, mempertaruhkan hidupnya di situ, dan bersusah payah mencari kerja. Terkesan berlebihan namun sebenarnya aku hanya mau bilang bahwa dia sedang mencari pekerjaan semenjak pergi dari SMAK. dan sekarang, maksudku, hari itu, dia kembali ke Sukabumi. Kami beserta beberapa teman kami saling bercengkrama. Bernostalgia dengan wajah baru guru lama yang baru datang kemarin malam. Ya, perasaan aku dan teman-temanku sangat bahagia. Aku, Rey, Brian, Diandra, Karina, Luciana, Fransisca. Itu lah orang yang bernostalgia dengan Ibu Ira di Bubur Ayam Bunut pada hari minggu itu. Setelah makan bersama di situ, kami menuju Tiara. Saat itu, dua teman kami berkurang untuk pergi ke tempat yang lain. Fransisca dan Karina. Jadi kami tinggal berenam.
Sampai di Tiara. Kejutan ternyata muncul tiba-tiba. Padahal kemarin dia bilang ingin ke gereja, namun kusadari, memang jam itu gereja pasti sudah bubar dan informasi dari beberapa temannya, seperti Diandra, dapat mengalir dengan cepat. Zaman sudah canggih, semua harus serba cepat. Ya, biarlah. Aku hanya bisa diam. Oh, dan tidak hanya dia yang datang, tapi juga Asyer. "Pengacau" yang ini memang harus ada di setiap suasana karena paling membawa keceriaan dan paling "tengil". Kembali ke alur. Di Tiara kami bermain. Ada yang bermain bom-bom-cart, ada yang bermain basket, dan ada juga yang bermain mobil balap. Ya, tempat itu terasa ramai. Sama seperti ramainya hatiku. Sungguh teramat senang aku pada waktu itu. Semua terlihat senang. Kenapa aku harus murung? Aku pun harus buat diriku senang, tapi...
Ya, setelah itu, kami pergi ke tempat penginapan Ms.Ira (ya, kami biasa memanggilnya demikian). Namun Dia tidak bersama kami. Dia pulang dan berbeda jalur. Sesampainya di penginapan, kami menunggu Ms.Ira yang ingin mandi, karena dia pergi ke Bubur Ayam Bunut tanpa mandi. Jadi maklum saja. Lalu setelah itu, kami pergi menuju Supermall. Entah itu harus di sebut Super atau tidak, tapi mall itu masih seperti gedung biasa yang berisi toko-toko. Kami ingin ke situ karena beberapa teman kami ada yang unjuk gigi. Dan, demi rasa kesolidaritasan antar teman, kami menunggu dia dengan menjemputnya. Ya, rumahnya memang searah, jadi tidak ada repot-repotnya. Setelah ia bergabung, jujur, aku tidak berada di belakang, dan diam lagi. Hanya berjalan di depan seperti orang yang kikuk, karena jika aku ada di belakang, aku bisa salah tingkah.
Ah, sudahlah. Jadi begini, kami sampai di tempat itu, menyaksikan pertunjukan dan bertemu satu guru lagi, Native speaker lebih tepatnya, dia bernama Mr.Ian. Sangat humoris dan mudah bergaul dengan anak-anak seperti kami. Dia sangat perhatian kepada kami, baik saat mengajar, maupun saat bertemu di jalan. Humorisnya pun tetap di bawa sampai di mana-mana. dengan gaya bicaranya yang kebule-bulean itu, membuat kami semua tertawa terbahak-bahak. Sungguh, aku tak tahan melihat mukanya, apalagi jika dia berdansa ala dangdut. Hehehe, lucu sekali. Memang mirip dengan Mr.Bean. Hah, ya sudahlah. Setelah kami menyelesaikan urusan kami di situ, Kami menuju "warung" di dekat SMPK untuk mengisi perut. Setelah itu kami berpisah dan aku pergi lagi ke rumah salah satu temanku, Refind. Tak ada maksud yang jelas mengapa aku ke rumahnya, namun yang aku tahu, aku di suruh Brian untuk pergi ke rumahnya. Dia juga akan menyusul ke sana, namun dia harus pulang dahulu untuk menyelesaikan urusannya.
Sampai di situ aku menunggu Brian, dan setelah Brian datang, kami saling berbagi trik. Biasa saja, aku di telpon untuk pulang paad pukul empat sore. Waw, tak ku sangka, aku keluar pukul delapan dan pulang pukul empat. Delapan jam sudah aku di luar rumah. Hebat. Baru aku sadari itu. Hari-hari yang kulewati di rumah akhirnya terbalaskan di hari itu. Impas. Setelah itu, semua berjalan seperti biasa. Tak ada yang menarik. Tidur. Terlelap. Bermimpi. Dan kembali bangun di hari senin ini. Hari yang lumayan menyenangkan. Tidak seperti biasa namun biasa dilakukan. Baru kali ini selama satu bulan terakhir...
Sudahlah...
Biarkanlah...
Semoga besok lebih baik dari hari ini...